Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman.
Surat Yasin menjadi surat primadona bagi
masyarakat kita, Indonesia. Sehingga muncul di mana-mana kegiatan
Yasinan, karena didalamnya dibaca surat Yasin secara bersama-sama. Hal
ini tidak lepas dari adanya pemahaman tentang keistimewaan membaca surat
ini atas surat lainnya, khususnya berkaitan dengan faidah dan
fadhilahnya.
Lebih khusus lagi pada malam Jum'at,
selepas Maghrib maka rumah-rumah, masjid, dan mushalla ramai dengan
lantunan surat Yasin baik dengan sendiri-sendiri maupun berjamaah.
Terekam dalam benak, bahwa ini adalah amal yang benar-benar disyariatkan
dan memiliki pahala besar. Ada kesan penghususan malam Jum'at dengan
membaca surat Yasin, dan ini sudah kami ulas dalam tulisan sebelumnya: Malam Jum'at Disunnahkan Baca Surat Al-Kahfi, Bukan Surat Yasin.
Pada sebagian masyarakat, surat Yasin
sengaja dibaca karena ada hajat atau kebutuhan yang ingin terpenuhi.
Pembacanya sengaja membaca surat ini dengan bilangan tertentu agar
hajatnya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ringkasnya, mereka menjadikan surat ini sebagai wasilah agar terkabul doa, yakni dengan membacanya dalam jumlah tertentu.
Jika ditanya, kenapa melakukan demikian.
Rata-rata jawabnya, ini kan baik dan diajarkan oleh kiai atau guru.
Padahal MENGKHUSUSKAN cara dalam membaca surat ini dengan jumlah
bilangan tententu dan untuk tujuan tertentu tidak memiliki landasan dari
dalil shahih.
Memang benar, surat Yasin termasuk
bagian dari Al-Qur'an. Dan membaca Al-Qur'an mendatangkan kebaikan yang
banyak dan pahala yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Namun menghususkan surat tertentu dengan menetapkan fadhilah dan manfaat
tertentu dari pada surat-surat lainnya, dan membacanya dengan cara
tertentu adalah membutuhkan dalil khusus. Karena ini masalah ubudiyyah
tidak diketahui tentang perintah, tatacara dan fahilahnya kecuali
melalui khabar wahyu. Dan tidak didapatkan khabar shahih tentangnya.
Memang terdapat beberapa hadits yang menerangkan tentang keutamaan dan
fadhilah surat Yasin, hanya saja statusnya antara dhaif dan maudhu'
(palsu). Berikut ini beberapa haditsnya:
Pertama, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إن الله
تبارك وتعالى قرأ ( طه ) و( يس ) قبل أن يخلق آدم بألفي عام، فلما سمعت
الملائكة القرآن قالوا : طوبى لأمة ينزل هذا عليهم، وطوبى لألسن تتكلم
بهذا، وطوبى لأجواف تحمل هذا
"Sesungguhnya Allah Tabaraka wa
Ta'ala telah membaca surat Thaha dan Yasin seribu tahun sebelum
menciptakan Adam. Maka saat [ara malaikat mendengar Al-Qur'an, mereka
berkata: Beruntunglah bagi umat yang diturunkan ini atas mereka,
beruntunglah lisan yang berucap dengannya, dan beruntunglah bagi hati
yang mengembannya." (HR. al-Darimi dalam Sunannya: 2/456, Ibnu
Huzaimah dalam al-Tauhid: 109, Ibnu Hibban dalam al-Dhu'afa': 1/108, dan
lainnya. Syaikh Al-Albani menyebutkannya sebagai hadits munkar dalam
Silsilah al-Ahadits al-Dhaifah, no. 1248. Beliau berkata: dan matan ini
adalah maudhu' sebagaimana dikatakan Ibnu Hibban, dan isnadnya dhaif
jiddan/lemah sekali)
Kedua, dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu secara marfu',
من دخل المقابر، فقرأ سورة ( يس ) خفف عنهم يومئذ، وكان له بعدد من فيها حسنات
"Siapa yang masuk ke pemakaman, lalu
ia membaca surat Yasin niscaya diringankan siksa mereka (ahli kubur)
pada hri itu, dan baginya kebaikan-kebaikan sebanyak orang yang di
dalamnya." (Hadits maudhu' (palsu) yang dikeluarkan al-Tsa'labi
dalam tafsirnya, disebutkan Syaikh al-Albani dalam Silsilah Al-Hadits
Al-Dhaifah: no. 1246)
Ketiga, diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'Anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إن لكل شيء قلبا وقلب القرآن يس ومن قرأ يس كتب الله بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات
"Sesungguhnya setiap sesuatu ada
jantungnya, dan jantungnya Al-Qur'an adalah surat Yasin. Siapa
membacanya surat Yasin niscaya Allah mencatat untunya membaca Al-Qur'an
sepuluh kali." (HR. Al-Tirmidzi, statusnya Maudhu' (palsu) sebagaimana
disebutkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan al-Tirmidzi:
2887, Dhaif Al-Targhib wa Al-Tarhib: 885, Dhaif al-Jami' al-Shaghir:
1935)
Keempat, riwayat dari Ma'qil bin Yasar Radhiyallahu 'Anhu,
من قرأ ( يس ) ابتغاء وجه الله ، غفر الله له ما تقدم من ذنبه ، فاقرؤوها عند موتاكم
"Siapa membaca surat Yasin untuk
mengharap wajah Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,
maka bacalah surat Yasin pada orang meninggal kalian." (Hadits Dhaif, dalam Dhaif al-Jami' al-Shaghir: 5785)
Kelima, dari 'Atha bin Abi Rabbah Radhiyallahu 'Anhu berkata, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
من قرأ ( يس ) في صدر النهار؛ قضيت حوائجه
"Siapa membaca surat Yasin di siang hari, niscaya dipenuhi semua kebutuhannya." (Dhaif Misykah al-Mashabih: 2118)
Dan secara umum semua riwayat yang
menerangkan keutamaan surat Yasin adalah Dhaif dan maudhu' (palsu)
sebagaimana yang telah diteliti oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam beberapa kitabnya. Wallahu Ta'ala A'lam.
Bagaimana Supaya Doa Dikabulkan?
Bagi seorang muslim yang memiliki hajat
kepada Allah dan berharap agar terkabul doanya untuk benar-benar berdoa
kepada Allah dengan menyebut Asmaul Husna (nama-nama Allah yang Maha
Indah) dan sifat-sifat Allah yang Mahatinggi, memohon kepada-Nya dengan
merendahkan diri setiap saat, khususnya di waktu dan tempat mustajabah
untuk dikabulkan kebutuhannya. Allah Ta'ala berfirman,
وَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah: 186)
Meminta dikabulkan doa itu tidak boleh
mengerjakan ibadah dan amal-amal qurubat yang tidak memiliki landasan
perintahnya dari sunnah. Dan siapa yang melaksanakan ibadah tanpa
mengikuti sunnah, ibadah tersebut tertolak. Walalhu Ta'ala A'lam.
[PurWD/voa-islam.com]
Sumber : VOA-ISLAM