Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sebagaimana yang sudah sama-sama kita
ketahui, bahwa surah Al-Taubah atau al-Bara-ah, penulisannya dalam
mushaf tidak diawali dengan Basmalah. Sebabnya adalah para sahabat Radhiyallahu 'Anhum tidak menuliskannya di awalnya dalam mushaf. Mereka mengikuti Amirul Mukminin Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu. Al-Tirmidzi mengeluarkan satu riwayat dalam sunannya dengan sanad yang sampai kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma,
yang mempertanyakan kepada Utsman bin Affan tentang latar belakang
keputusannyamenggandengkan Al-Anfal (padahal ia termasuk jenis
al-Matsani, -ayatnya kurang dari seratus-) dan mempelakukan Bara'ah
(padahal ia bagian dari Mi-uun, -jumlah ayatnya seratus lebih-) tanpa
memberikan pembatas "Bismillahirrahmanirrahim" pada keduanya, dan
meletakkannya pada Sab'un Thiwal (tujuh surat yang paling panjang). "Apa
yang sebab kalian melakukan itu?" tanyanya.
Lalu Utsman menjawab, "Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
pada suatu masa turun kepada beliau beberapa surat yang ayatnya banyak,
maka apabila turun sesuatu kepada beliau maka beliau memanggil sebagian
orang yang bertugas menuliskan wahyu, lalu beliau bersabda: "Letakkan
ayat-ayat itu dalam surat yang disebutkan di dalamnya begini dan
begitu." Apabila turun satu ayat kepada beliau maka bersabda, "Letakkan
ayat ini di dalam surat yang di dalamnya disebutkan begini dan begitu."
Dan adalah Al-Anfal termasuk bagian surat yang pertama-tama diturunkan
di Madinah. Sedangkan Bara'ah termasuk Al-Qur'an yang terakhir turun (di
sana). Isinya (Bara'ah) mirip dengan isi Al-Anfal, maka aku mengira
bahwa Bara'ah bagian dari Anfal. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
wafat dan belum sempat menjelaskan hal itu kepada kami. Oleh karena itu
aku menggandengkan antara keduanya dan tidak menuliskan di antara
keduanya Bismillahirrahmanirrahim. Lalu aku meletakkannya dalam bagian Sab' Thiwal." (Dinukil dari Fatawa Lajnah Daimah: 4/225)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
berkata: " . . . Dan pendapat yang shahih, tidak ada Basmalah di antara
ia (Al-Taubah) dan Al-Anfal. Karena Basmalah adalah satu ayat dalam
kitabullah 'Azza wa Jalla. Maka apabila Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
tidak mengatakan: "Letakkan basmalah antara dua surat," Maka mereka
tidak akan meletakkan Basmalah di antara keduanya. Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
itu yang menetapkan dan bersabda, "Letakkan Basmalah," dan beliau tidak
menetapkan Basmalah di antara al-Anfal dan Bara-ah, sehingga mereka
tidak menuliskannya. Tetapi ini masih menyisakan pertanyaan, "Jika
beliau tidak menetapkan, lalu kenapa ia dipisah dari surat Al-Anfal?
Kenapa tidak dijadikan satu surat saja?." Kami jawab, "Ya. Mereka tidak
menjadikan keduanya sebagai satu surat. Karena mereka ragu, apakah
Bara'ah itu satu surat dengan Al-Anfal atau dua surat yang saling
menjelaskan?" Kemudian mereka berkata: "Kami jadikan pemisah antara dua
surat, dan tidak kami adakan Basmalah. Inilah pendapat yang shahih
tentang tidak adanya penyebutan Basmalah di antara surat Bara'ah dan
Al-Anfal." (Dinutip dari Liqa' al-Bab al-Maftuh, no. 18).
Sehingga dari sini hadir hukum membaca
Basmalah di awal surat Al-Taubah. Pendapat paling kuat yang hampir tidak
ada perbedaan di antara ulama adalah dimakruhkan. Sehingga tidak
dianjurkan memulai membaca surat Al-Taubah dengan membaca Basmalah,
yakni Bismillahirrahmanirrahim.
Shalih dalam Masail-nya menuturkan dari bapaknya, Ahmad rahimahullah:
"Aku bertanya kepadanya tentang surat Al-Anfal dan surat al-Taubah,
apakah boleh bagi seseorang memisahkan keduanya dengan
Bismillahirrahmanirrahim. Bapakku menjawab, "Urusan Al-Qur'an itu
dikembalikan kepada ijma' para sahabat Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tidak boleh ditambahi dan tidak boleh dikurangi." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Tulisan Terkait:
Sumber : VOA-ISLAM