Tuesday, 10 July 2012

> > Contoh-Contoh Pribadi Tawhid Dalam Sejarah Islam

Contoh-Contoh Pribadi Tawhid Dalam Sejarah Islam


Agama Islam sepeninggal Rasulullah Muhammad SAW telah disebarkan ke seluruh pelosok dunia yang sudah mempunyai kebudayaan yang tinggi ketika itu, terutama jika dibandingkan dengan kebudayaan bangsa Arab Quraisy sendiri. Oleh karena itu, banyak di antara bangsa-bangsa ini, yang biasa menganggap enteng terhadap bangsa gurun pasir ini, tertegun dan tidak percaya atas kenyataan, bahwa bangsa, yang selalu dianggap mereka primitif ini, kok tiba-tiba berani menantang mereka.

Raja Parsi, Kusro umpamanya, telah merobek-robek surat RasuluLlah yang mengundangnya untuk menerima ajaran Islam. Raja ini merasa terhina karena surat yang datang dari seorang "bekas gembala" itu dianggapnya lancang sekali telah berani mengajarinya tentang kebenaran, padahal ia seorang kaisar penakluk dunia. Maka raja ini tidak sudi mengakui perbatasan antara negerinya dengan jazirah Arab, yang ketika itu sudah menjadi Islam sebelum wafatnya RasuluLlah. Oleh karena itu daerah perbatasan ini sering mercka ganggu dan langgar kedaulatannya.

1. Khalid bin Walid Yang Tak Terkalahkan

Ketika panglima Khalid bin Walid dikirim khalifah Abubakar Shiddik, dan berhasil mengusir bangsa Parsi ini keluar perbatasan, mereka masih terus-menerus kembali lagi. Maka atas usul Khalid, khalifah Abubakar mengirim bantuan lasykar lagi ke perbatasan itu, sehingga mencapai sepuluh ribu orang. Panglima Hurmuzan dan Parsi lengkap dengan barisan bergajah mereka dengan pongahnya mencoba menghadang pasukan Khalid bin Walid ini, dengan tentara sebanyak lebih dari seratus ribu. Khalid memulai serangannya dengan mengirimkan surat lebih dahulu. Dalam surat itu ia menawarkan tiga pilihan:

  1. Damai, dengan syarat masing-masing menghormati perbatasan negara yang ada.
  2. Menerima ajaran Islam, yang akan menjalin ukhuwah Islamiyah antara kedua rakyat yang ada. Maka tidak akan ada soal perbatasan lagi.
  3. Jika kedua pilihan itu tak bisa diterima, maka bersiaplah kalian menghadapi kami yang datang dengan lasykar yang berani hidup, namun ingin mati (syahid) karena kerinduan mereka kepada Allah.
Dengan persyaratan yang tertulis di surat itu, Hurmuzan telah mengalami goncangan jiwa (psychological shock) yang dahsyat, karena bagi mereka tidak pernah ada istilah "ingin mati". Namun karena kesombongan bangsa ini terhadap bangsa Arab yang mereka anggap masih terbelakang itu mereka memilih tawaran untuk perang, apalagi setelah melihat perlengkapan barisan Muslim ketika itu paling tinggi hanyalah panah dan kenderaan mereka pun paling cepat hanyalah kuda. Kuda itu pun terbatas bagi perwira menengah ke atas, sedangkan kebanyakan anggota lasykar Muslim ketika itu hanyalah berjalan kaki atau berkendara unta. "Apakah kuda sanggup berhadapan dengan gajah yang kuat ini?" Demikian pikir panglima Parsi yang sombong itu.

Khalid mengerahkan barisan Muslimin maju menyerbu di bawah pimpinannya sendiri yang berpacu di depan. Dengan mengendarai kudanya yang berlari cepat Khalid menerobos barisan musuh yang paling lebal sambil mengayunkan pedangnya ke kiri ke kanan menebas batang leher serdadu musuh, sehingga terbentuk jalur mayat manusia yang bergelimpangan akibat tebasan pedang Khalid. Ketika jalur mayat ini bergerak terus mcnuju ke tempat panglima Hurmuzan, maka serdadu Parsi menjadi panik. Serbuan Khalid serasa tak terhankan mereka. Mereka lari porak poranda kehilangan kepercayaan diri dan akhirnya banyak yang menyerahkan diri kepada Khalid.

Tentara Parsi yang menyerah itu diperlakukan Khalid dengan wajar dan baik, sebagaimana layaknya sesuai dengan contoh dan ajaran Rasulullah SAW. Walaupun sudah menyerah, harta benda mereka tidak diambil atau dirusakkan, bahkan tentara yang tadinya buruh tani yang tidak pernah punya tanah itu diberi hak untuk mempunyai tanah sesuai dengan kemampuan mereka menggarapnya, maka mereka pun berbondong-bondong masuk Islam.

Walaupun sebahagian lasykar Muslim syahid dalam penyerbuan pertama itu, namun jumlah anggota barisan Khalid bukan berkurang, bahkan bertambah, karena lasykar Parsi yang menerima Islam sebagai agama mereka yang baru langsung bergabung dengan barisan Khalid. Melihat kemenangan yang relatif sangat cepat diperoleh ini, maka Khalid, sesudah mendapat izin dari Khalifah Abubakar menyerbu terus ke dalam daerah Parsi, sehingga seluruh negeri itu takluk dalam waktu yang relatif sangat singkat. Khalid berangkat dari Madinah untuk tugas ini pada awal bulan Muharram, dan seluruh kerajaan Parsi takluk di bawah kekuasaan ummat Islam pada akhir bulan Zulqaidah, tahun yang sama. Jadi, dalam waktu kira-kira sebelas bulan sebuah kerajaan yang pada masa itu dianggap sebagai negara superpower kedua sesudah Romawi telah takluk kepada kaum Muslimin yang memperkenalkan dan menghormati hak-hak asasi manusia.

Ketika salah seorang sahabatnya mengingatkan Khalid, bahwa besok akan masuk bulan Zulhijjah, maka Khalid merasakan kerinduan menusuk hatinya akan baituLlah. Khalid memutuskan, bahwa ia harus naik haji, maka ia segera memilih beberapa ekor kuda yang tercepat dan dengan iringan beberapa sahabatnya ia segera berderap pulang ke Makkah untuk mengejar waktu demi melaksanakan haji dengan meninggalkan daerah kerajaan Parsi yang baru saja ditaklukannya itu.

Ketika khalifah Abubakar mendapat laporan akan kemenangan Khalid yang gemilang ini ditambah pula oleh kecerobohan Khalid meningglkan medan sebelum sempat mengadakan pengamanan seperlunya, maka beliau menulis surat teguran kepada panglimanya yang gagah perkasa ini.

Khalifah menulis: "Disamping rasa syukurku kepada Allah SWT dan tanpa mengurangi rasa hormatku atas keteguhan iman dan kecintaanmu kepada Allah, aku wajib memperingatkan engkau, bahwa meninggalkan medan sebelum mengadakan pengamanan seperlunya bukanlah tindakan seorang panglima yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, kami perintahkan agar engkau pulang ke posmu secepat-cepatnya." Sadar akan kesalahannya ini, Khalid segera melaksanakan perintah khalifah itu sesudah menyelesaikan ibadah hajinya dan melakukan tawaf wada'.


2. Umar bin Khathab Penyelamat Tawhidnya Ummat
Ketika pasukan Islam di front Romawi Timur membutuhkan tambahan bantuan menghadapi tentara Romawi yang sangat canggih persenjataannya, maka khalifah Abubakar memanggil Khalid agar pulang meninggalkan kursi dan pergi memperkuat front menghadapi Romawi ini. Khalid kemudian mengambil kebijakan, sesudah disetujui Abubakar, langsung saja menuju ke Barat ke arah Jerusalam tanpa pulang dahulu ke Madinah. Untuk itu Khalid harus menaklukkan negeri-negeri yang terletak antara Parsi dan Romawi Timur itu.

Negeri-negeri ini ternyata dapat ditaklukkan Khalid satu per satu dalam waktu relatif singkat. Maka nama Khalid bin Walid sebagai penakluk yang gagah perkasa dan pahlawan yang tak terkalahkan menjadi tersiar ke mana- mana. Anak-anak muda di Madinah pun mulai menyanyikan sya'ir-sya'ir yang memuji-muji kepahlawanan dan kegagahan panglima Khalid ini. Sementara itu khalifah Abubakar wafat dan digantikan oleh Umar bin Khathab.
Sesampainya Khalid di front Romawi, maka ia mengusulkan agar diadakan rapat pimpinan mengatur strategy menaklukkan tentara Romawi Timur yang canggih itu.

Ketika Khalid sedang memimpin rapat strategy ini sampailah utusan dari Madinah membawakan surat dari khalifah 'Umar, yang ditujukan kepada panglima Khalid. Surat itu dibaca Khalid, kemudian dilipat dan dimasukkannya ke dalam kantongnya dan ia meneruskan rapat penting itu. Ternyata surat itu berisi pemberhentian Khalid sebagai panglima dan perintah agar menyerahkan pimpinan kepada bawahannya. Khalid tidak membacakan surat itu kepada hadlirin ketika itu, demi menjaga agar mereka jangan sampai resah. Seusai memimpin rapat itu, besoknya Khalid masih memimpin penyerangan perdana terhadap front Romawi ini. Ketika dilihatnya panglima bawahannya sudah mampu melanjutkan perjuangan dengan strategy yang telah digariskan itu, maka pimpinan diserahkannya, dan ia pun langsung pulang ke Madinah menemui khalifah Umar.

Sesampainya Khalid di Madinah, maka ia langsung menemui khalifah 'Umar dan menanyakan apa gerangan alasan maka ia diberhentikan tiba-tiba. Apakah karena kekurang fahamannya tentang urusan keuangan?
"Aku harus mengakui kekuranganku dalam mengurus buku keuangan ini, namun aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa aku tak pernah mengambil satu sen pun dari dana yang disediakan oleh negara, bahkan uang pribadiku banyak yang kusumbangkan untuk perjuangan ini," katanya kepada 'Umar. 
"Aku yakin sungguh akan kejujuran dan keikhlasanmu, wahai saudaraku, sehingga aku tidak pernah merasa curiga akan manajemen dana perjuangan ini, walaupun aku yakin, bahwa sebagai panglima engkau tetap merupakan penanggung jawab terakhir terhadap manajemen dana ini."
"Lantas, mengapa sampai aku dipecat tanpa alasan yang tepat?" Tukas Khalid dengan suara yang agak tajam.
'Umar menatap muka Khalid dan berkata: "Aku sekadar melakukan tugasku menyelamatkan tawhidnya ummat. Engkau adalah panglima yang gagah perkasa, dan RasuluLlah SAW sendiri yang telah mengangkatmu memegang jabatanmu itu. Sejak itu engkau belum pernah terkalahkan di setiap medan pertempuran, sehingga rakyat sudah mulai menyanyikan lagu-lagu yang memuji dan memuja namamu di samping memuji Allah SWT. Aku takut hal ini akan berkembang menjadi keyakinan seolah-olah Engkaulah satu-satunya yang sanggup memenangkan seluruh perjuangan ini dengan atau tanpa syafa'at Allah SWT. Bukankah dengan demikian mereka menjadi musyrikin? Maka aku ingin buktikan kepada mereka, bahwa 'Umar, hamba Allah yang lemah dan hina ini, telah sanggup menjatuhkan engkau panglima yang gagah perkasa. Dengan demikian kuharap mereka kembali memuji dan memuja hanya Allah SWT."
Mendengar keterangan 'Umar yang tegas menegakkan tawhid itu Khalid menerima kebijakan khalifah yang 'arif itu dengan ikhlash. Maka besoknya ia kembali ke medan perang membantu rekan-rekannya yang sedang mati-matian di front Romawi Timur. Khalid maju di bawah pimpinan bekas bawahannya sebagai prajurit biasa. Ketika ditanyakan orang kepadanya mengapa ia terus juga berjuang sesudah dipecat oleh 'Umar sebagai panglima, maka Khalid menjawab tegas: "Aku berjuang bukan karena 'Umar, aku berjuang semata karena Allah SWT." Inilah contoh-contoh pribadi tawhid yang tulen.


Kuliah Tauhid
Ir. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim M.Sc.
Diterbitkan oleh Pustaka-Perpustakaan Salman ITB
Bandung, 1400H, 1980
Cetakan 1, 1979, dan cetakan 2 1980
(Muhammad 'Imaduddin 'AbdulRahim Ph.D., KULIAH TAWHID, Yayasan Pembina Sari Insan (YAASIN), Jakarta, 1993
SUMBER