Raja
Parsi, Kusro umpamanya, telah merobek-robek surat RasuluLlah yang
mengundangnya untuk menerima ajaran Islam. Raja ini merasa terhina
karena surat yang datang dari seorang "bekas gembala" itu dianggapnya
lancang sekali telah berani mengajarinya tentang kebenaran, padahal ia
seorang kaisar penakluk dunia. Maka raja ini tidak sudi mengakui
perbatasan antara negerinya dengan jazirah Arab, yang ketika itu sudah
menjadi Islam sebelum wafatnya RasuluLlah. Oleh karena itu daerah
perbatasan ini sering mercka ganggu dan langgar kedaulatannya.
1. Khalid bin Walid Yang Tak Terkalahkan
Ketika panglima Khalid bin Walid dikirim khalifah Abubakar Shiddik, dan berhasil mengusir bangsa Parsi ini keluar perbatasan, mereka masih terus-menerus kembali lagi. Maka atas usul Khalid, khalifah Abubakar mengirim bantuan lasykar lagi ke perbatasan itu, sehingga mencapai sepuluh ribu orang. Panglima Hurmuzan dan Parsi lengkap dengan barisan bergajah mereka dengan pongahnya mencoba menghadang pasukan Khalid bin Walid ini, dengan tentara sebanyak lebih dari seratus ribu. Khalid memulai serangannya dengan mengirimkan surat lebih dahulu. Dalam surat itu ia menawarkan tiga pilihan:
- Damai, dengan syarat masing-masing menghormati perbatasan negara yang ada.
- Menerima ajaran Islam, yang akan menjalin ukhuwah Islamiyah antara kedua rakyat yang ada. Maka tidak akan ada soal perbatasan lagi.
- Jika kedua pilihan itu tak bisa diterima, maka bersiaplah kalian menghadapi kami yang datang dengan lasykar yang berani hidup, namun ingin mati (syahid) karena kerinduan mereka kepada Allah.
Dengan
persyaratan yang tertulis di surat itu, Hurmuzan telah mengalami
goncangan jiwa (psychological shock) yang dahsyat, karena bagi mereka
tidak pernah ada istilah "ingin mati". Namun karena kesombongan bangsa
ini terhadap bangsa Arab yang mereka anggap masih terbelakang itu
mereka memilih tawaran untuk perang, apalagi setelah melihat
perlengkapan barisan Muslim ketika itu paling tinggi hanyalah panah dan
kenderaan mereka pun paling cepat hanyalah kuda. Kuda itu pun terbatas
bagi perwira menengah ke atas, sedangkan kebanyakan anggota lasykar
Muslim ketika itu hanyalah berjalan kaki atau berkendara unta. "Apakah
kuda sanggup berhadapan dengan gajah yang kuat ini?" Demikian pikir
panglima Parsi yang sombong itu.
Khalid mengerahkan barisan
Muslimin maju menyerbu di bawah pimpinannya sendiri yang berpacu di
depan. Dengan mengendarai kudanya yang berlari cepat Khalid menerobos
barisan musuh yang paling lebal sambil mengayunkan pedangnya ke kiri ke
kanan menebas batang leher serdadu musuh, sehingga terbentuk jalur
mayat manusia yang bergelimpangan akibat tebasan pedang Khalid. Ketika
jalur mayat ini bergerak terus mcnuju ke tempat panglima Hurmuzan, maka
serdadu Parsi menjadi panik. Serbuan Khalid serasa tak terhankan
mereka. Mereka lari porak poranda kehilangan kepercayaan diri dan
akhirnya banyak yang menyerahkan diri kepada Khalid.
Tentara
Parsi yang menyerah itu diperlakukan Khalid dengan wajar dan baik,
sebagaimana layaknya sesuai dengan contoh dan ajaran Rasulullah SAW.
Walaupun sudah menyerah, harta benda mereka tidak diambil atau
dirusakkan, bahkan tentara yang tadinya buruh tani yang tidak pernah
punya tanah itu diberi hak untuk mempunyai tanah sesuai dengan
kemampuan mereka menggarapnya, maka mereka pun berbondong-bondong masuk
Islam.
Walaupun sebahagian lasykar Muslim syahid dalam
penyerbuan pertama itu, namun jumlah anggota barisan Khalid bukan
berkurang, bahkan bertambah, karena lasykar Parsi yang menerima Islam
sebagai agama mereka yang baru langsung bergabung dengan barisan
Khalid. Melihat kemenangan yang relatif sangat cepat diperoleh ini,
maka Khalid, sesudah mendapat izin dari Khalifah Abubakar menyerbu terus
ke dalam daerah Parsi, sehingga seluruh negeri itu takluk dalam waktu
yang relatif sangat singkat. Khalid berangkat dari Madinah untuk tugas
ini pada awal bulan Muharram, dan seluruh kerajaan Parsi takluk di
bawah kekuasaan ummat Islam pada akhir bulan Zulqaidah, tahun yang
sama. Jadi, dalam waktu kira-kira sebelas bulan sebuah kerajaan yang
pada masa itu dianggap sebagai negara superpower kedua sesudah Romawi
telah takluk kepada kaum Muslimin yang memperkenalkan dan menghormati
hak-hak asasi manusia.
Ketika salah seorang sahabatnya
mengingatkan Khalid, bahwa besok akan masuk bulan Zulhijjah, maka
Khalid merasakan kerinduan menusuk hatinya akan baituLlah. Khalid
memutuskan, bahwa ia harus naik haji, maka ia segera memilih beberapa
ekor kuda yang tercepat dan dengan iringan beberapa sahabatnya ia segera
berderap pulang ke Makkah untuk mengejar waktu demi melaksanakan haji
dengan meninggalkan daerah kerajaan Parsi yang baru saja ditaklukannya
itu.
Ketika khalifah Abubakar mendapat laporan akan kemenangan
Khalid yang gemilang ini ditambah pula oleh kecerobohan Khalid
meningglkan medan sebelum sempat mengadakan pengamanan seperlunya, maka
beliau menulis surat teguran kepada panglimanya yang gagah perkasa
ini.
Khalifah menulis: "Disamping rasa syukurku kepada Allah SWT
dan tanpa mengurangi rasa hormatku atas keteguhan iman dan kecintaanmu
kepada Allah, aku wajib memperingatkan engkau, bahwa meninggalkan medan
sebelum mengadakan pengamanan seperlunya bukanlah tindakan seorang
panglima yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, kami perintahkan agar
engkau pulang ke posmu secepat-cepatnya." Sadar akan kesalahannya ini,
Khalid segera melaksanakan perintah khalifah itu sesudah menyelesaikan
ibadah hajinya dan melakukan tawaf wada'.
2. Umar bin Khathab Penyelamat Tawhidnya Ummat
Ketika
pasukan Islam di front Romawi Timur membutuhkan tambahan bantuan
menghadapi tentara Romawi yang sangat canggih persenjataannya, maka
khalifah Abubakar memanggil Khalid agar pulang meninggalkan kursi dan
pergi memperkuat front menghadapi Romawi ini. Khalid kemudian mengambil
kebijakan, sesudah disetujui Abubakar, langsung saja menuju ke Barat
ke arah Jerusalam tanpa pulang dahulu ke Madinah. Untuk itu Khalid
harus menaklukkan negeri-negeri yang terletak antara Parsi dan Romawi
Timur itu.
Negeri-negeri ini ternyata dapat ditaklukkan Khalid
satu per satu dalam waktu relatif singkat. Maka nama Khalid bin Walid
sebagai penakluk yang gagah perkasa dan pahlawan yang tak terkalahkan
menjadi tersiar ke mana- mana. Anak-anak muda di Madinah pun mulai
menyanyikan sya'ir-sya'ir yang memuji-muji kepahlawanan dan kegagahan
panglima Khalid ini. Sementara itu khalifah Abubakar wafat dan
digantikan oleh Umar bin Khathab.
Sesampainya Khalid di front
Romawi, maka ia mengusulkan agar diadakan rapat pimpinan mengatur
strategy menaklukkan tentara Romawi Timur yang canggih itu.
Ketika
Khalid sedang memimpin rapat strategy ini sampailah utusan dari
Madinah membawakan surat dari khalifah 'Umar, yang ditujukan kepada
panglima Khalid. Surat itu dibaca Khalid, kemudian dilipat dan
dimasukkannya ke dalam kantongnya dan ia meneruskan rapat penting itu.
Ternyata surat itu berisi pemberhentian Khalid sebagai panglima dan
perintah agar menyerahkan pimpinan kepada bawahannya. Khalid tidak
membacakan surat itu kepada hadlirin ketika itu, demi menjaga agar
mereka jangan sampai resah. Seusai memimpin rapat itu, besoknya Khalid
masih memimpin penyerangan perdana terhadap front Romawi ini. Ketika
dilihatnya panglima bawahannya sudah mampu melanjutkan perjuangan dengan
strategy yang telah digariskan itu, maka pimpinan diserahkannya, dan
ia pun langsung pulang ke Madinah menemui khalifah Umar.
Sesampainya
Khalid di Madinah, maka ia langsung menemui khalifah 'Umar dan
menanyakan apa gerangan alasan maka ia diberhentikan tiba-tiba. Apakah
karena kekurang fahamannya tentang urusan keuangan?
"Aku harus mengakui kekuranganku dalam mengurus buku keuangan ini, namun aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa aku tak pernah mengambil satu sen pun dari dana yang disediakan oleh negara, bahkan uang pribadiku banyak yang kusumbangkan untuk perjuangan ini," katanya kepada 'Umar.
"Aku yakin sungguh akan kejujuran dan keikhlasanmu, wahai saudaraku, sehingga aku tidak pernah merasa curiga akan manajemen dana perjuangan ini, walaupun aku yakin, bahwa sebagai panglima engkau tetap merupakan penanggung jawab terakhir terhadap manajemen dana ini."
"Lantas, mengapa sampai aku dipecat tanpa alasan yang tepat?" Tukas Khalid dengan suara yang agak tajam.
'Umar menatap muka Khalid dan berkata: "Aku sekadar melakukan tugasku menyelamatkan tawhidnya ummat. Engkau adalah panglima yang gagah perkasa, dan RasuluLlah SAW sendiri yang telah mengangkatmu memegang jabatanmu itu. Sejak itu engkau belum pernah terkalahkan di setiap medan pertempuran, sehingga rakyat sudah mulai menyanyikan lagu-lagu yang memuji dan memuja namamu di samping memuji Allah SWT. Aku takut hal ini akan berkembang menjadi keyakinan seolah-olah Engkaulah satu-satunya yang sanggup memenangkan seluruh perjuangan ini dengan atau tanpa syafa'at Allah SWT. Bukankah dengan demikian mereka menjadi musyrikin? Maka aku ingin buktikan kepada mereka, bahwa 'Umar, hamba Allah yang lemah dan hina ini, telah sanggup menjatuhkan engkau panglima yang gagah perkasa. Dengan demikian kuharap mereka kembali memuji dan memuja hanya Allah SWT."
Mendengar keterangan 'Umar
yang tegas menegakkan tawhid itu Khalid menerima kebijakan khalifah
yang 'arif itu dengan ikhlash. Maka besoknya ia kembali ke medan perang
membantu rekan-rekannya yang sedang mati-matian di front Romawi Timur.
Khalid maju di bawah pimpinan bekas bawahannya sebagai prajurit biasa.
Ketika ditanyakan orang kepadanya mengapa ia terus juga berjuang
sesudah dipecat oleh 'Umar sebagai panglima, maka Khalid menjawab
tegas: "Aku berjuang bukan karena 'Umar, aku berjuang semata karena
Allah SWT." Inilah contoh-contoh pribadi tawhid yang tulen.
- Kuliah Tauhid
- Ir. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim M.Sc.
- Diterbitkan oleh Pustaka-Perpustakaan Salman ITB
- Bandung, 1400H, 1980
- Cetakan 1, 1979, dan cetakan 2 1980
- (Muhammad 'Imaduddin 'AbdulRahim Ph.D., KULIAH TAWHID, Yayasan Pembina Sari Insan (YAASIN), Jakarta, 1993
- SUMBER