Bismillahirrahmanirrahim
Marhaban ya Ramadhan….
Marhaban ya Ramadhan….
Sudah beberapa hari ini Ramadhan kembali menyapa dan memberikan
ketenangan batin yang luar biasa. Kehangatan dan kemesraannya dalam
memanjakan batin orang yang beriman tak ada batasnya. Dan kami, selalu
menyambutnya dengan segenap kegembiran dan keharuan. Marhaban ya
Ramadhan….
Sesuai dengan janji Allah SWT, Sebagaimana dalam dua kitab shahih,
Bukhari, no. 1898, Muslim, no. 1079, dari hadits Abu Hurairah
radhiallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda. “Ketika datang (bulan) Ramadan, pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu”. Sehingga yang
ada hanya rahmat Allah untuk hamba-hambaNya.
Lalu apa yang terjadi dengan Iblis berikut staf-stafnya? Apa yang mereka
lakukan didalam pasungan? Sangat sulit diketahui apa yang terjadi pada
mereka. Namun berdasarkan informasi dari narasumber yang tidak tidak mau
disebutkan identitasnya, ternyata Iblis beserta staf-stafnya, kita
akrab menyebutnya dengan setan, sedang mengadakan Sidang Sangat Darurat
Luar Biasa Sekali. Dalam sidang tersebut Azaziel, nama lain dari Raja
Iblis, mengadakan dengar pendapat sekaligus mengevaluasi program kerja
periblisan sekaligus berusaha menelurkan ide-ide baru yang kreatif dan
inovatif dalam urusan penyesatan Bani Adam. Namun sebagian besar staf
Iblis banyak mengeluhkan turunnya rahmat Allah di bulan Ramadhan yang
mubarokah ini.
“Omset penyesatan kami menurun drastis, Yang Mulya”, iblis Hafaf, ketua
Departemen Khamer, memulai keluh kesahnya dan dilanjutkan oleh
iblis-iblis yang lain.
Abu Murrah manggut-manggut sambil membelai jenggotnya yang cuma
berjumlah tujuh helai. Dia tampak mengerti kegundahan sebagian besar
bawahannya.
“Hmmm, aku mengerti permasalahan yang kalian hadapi tapi sekarang bukan
saat yang tepat berkeluh kesah, kita harus mencari rumusan yang tepat
untuk mengembalikan omset penyesatan kita setelah Ramadhan”. Azaziel,
King of Demon, mencoba menenangkan kegundahan bawahannya.
Dari semua Ketua Departemen Periblisan yang hadir dan tampak gelisah,
hanya Zailatun, iblis yang membawahi Departemen Kecurangan Perdagangan
dan Riba, dan Laqwas, ketua Departemen Kemusyrikan dan Kekafiran, tampak
tenang dan penuh percaya diri sehingga menarik perhatian Abu Murrah.
“Laqwas, Zailatun, aku perhatiakan, dari tadi kalian tampak
tenang-tenang saja tidak seperti rekan sejawat kalian. Tampaknya kalian
sedang menyimpan sesuatu. Kalian tidak ingin memanfaatkan situasi ini
untuk menggoyang kedudukanku, kan?”, tukas Abu Murrah penuh selidik.
Mendapat “serangan” mendadak, tidak urung kedua iblis itu keder juga,
tapi Laqwas segera tanggap. “Maafkan kami Paduka Yang Mulia Azaziel yang
dilaknat Allah, telah tertulis dipena takdir bahwa kedudukan paduka tak
tergoyahkan sampai akhir dunia. Adalah kebodohan yang terencana kalau
kami bermaksud begitu, itu hanya terjadi di dunia Bani Adam, Yang
Mulia”, Laqwas segera menetralisir suasana.
“Hmmm… masuk akal juga, lalu apa yang menyebabkan kalian tampak tenang sedangkan kita yang lain disini panik?”
“Sebelum ini terjadi kami sudah menduganya, sehingga jauh-jauh hari tim
research kami sudah bergerak melakukan penelitian. Semua kemungkinan
kami pertimbangkan, setiap variabel kami hitung, bahkan kemungkinan
terburukpun kami sudah siapkan dampak pencegahannya”. Zailatun segera
menimpali.
“Lalu?”, Abu Murrah manggut-manggut, mencoba mengerti maksud bawahannya
meski dia tak mengerti sama sekali, yang penting “gaya”, pikirnya.
“Dari Market Research yang kami lakukan terhadap habitual dan behavior
Bani Adam, kami menarik kesimpulan bahwa program yang kita canangkan
dalam konfrensi iblis terakhir tentang Pemanfaatan Godaan Tepat-Guna
dalam Menjerumuskan Bani Adam di Sektor Multi Dimensional Sesuai Dengan
Kondisi Zaman** ternyata terbukti efektif dan efisien, kita berhasil
Paduka, termasuk di bulan Ramadhan ini”.
“Lalu mengapa kita mengalami penurunan omset penyesatan? Ini kerugian
yang luar biasa! Hampir di semua sektor Market Share kita”.
“Apa yang Paduka ucapkan benar adanya, tidak ada keraguan sama sekali
tapi Ramadhan ini hanya Temporary Potential Loss, sesaat kita memang
mengalami kerugian, tapi ketika kondisi ini akan mendekati titik nadir
pelan-pelan omset kita akan kembali surplus kami sudah persiapkan segala
kemungkinan yang ada”, Zailatun menerangkan dengan kepercayaan diri
penuh.
“Lanjutkan”, tukas Abu Murrah.
Zailatun melirik Laqwas, kode untuk menyambung retorikanya. “Setelah
mendapat hasil Research dari Saudara Zailatun, saya segera
menginstruksikan pada Dinas Teknologi dan Informasi mengambil semua
langkah yang dianggap perlu untuk menggali data pada setiap individu
Bani Adam. Dengan ARP Spoofing dan teknik Sniffing kami berhasil
meletakkan Worm dan SpyWare di hampir setiap individu Bani Adam, Yang
Mulya”, Laqwas berhenti sejenak, untuk sekedar mengetahui respon dari
bosnya, dia tahu ilmu IT sang bos cuma pas-pasan.
“Lalu dengan semua teknik yang kau terapkan itu data apa yang berhasil kamu dapat?”.
“Hampir semuanya, Yang Mulia. Setiap gerak lahir mereka bisa kami
dapatkan datanya. Untuk gerak batin, memang agak susah tapi ini bukan
hal yang tidak mungkin. Ini hal yang bisa diamati dan dipelajari
berdasarkan habitual dan behavior individu Bani Adam. Dengan test
Vulnerabilty kami berhasil mengetahui celah keamanan batin mereka. Cukup
dengan menempatkan Trojan melalui celah keamanan batin mereka, kami
yakin FireWall mereka dapat kita ambil alih. Tinggal menunggu waktu yang
tepat untuk melakukan DDos Attacking, seperti halnya MLM, maka hampir
semua individu Bani Adam kan menjadi DownLine kita”.
“Saudara Laqwas, ide-ide dan wacana anda sangat briliant dan smart, tapi
bisakah disampaikan dalam bahasa yang lebih sederhana dan lugas, agar
kami yang hadir disini lebih mudah memahami dan tidak ada kerancuan
dalam menerbitkan Juklak dan Juknis nanti?”, iblis Akwan, Ketua
Departemen Pemuda dan Pemimpin untuk Kemungkaran dan Kemaksiyatan,
mencoba menjembatani kesenjangan opini diantara pejabat teras
periblisan.
“E… intinya begini, e… dengan memanfaatkan celah keamanan batin Bani
Adam, kami sudah menyebarkan virus hati disetiap individu Bani Adam.
Virus ini membuat shortcut, cara kerja virus ini adalah dengan membalik
paradigma yang sebenarnya, merubah pola pikir idealis menjadi pola pikir
empiris. Shortcut yang dibuat virus ini tidak berhubungan sama sekali
dengan apa yang tampak, kitalah yang mengatur kemana shortcut ini akan
dialamatkan…..”.
“Maaf menyela saudara Laqwas, bisakah dengan kalimat yang lebih konkrit?”. Iblis Akwan mengulangi permintaannya.
Laqwas, ketua Departemen Kemusyrikan dan Kekafiran itu diam, dia tampak
berfikir keras untuk mencari kata-kata yang lebih sederhana. “Dari data
yang kami dapat rata-rata di hati Bani Adam memiliki rasa ujub, rasa
pencitraan diri, gengsi, dan egosentris. Sifat-sifat ini yang menjadi
celah keamanan gerak batin mereka. Dan kita bisa memanfaatkannya untuk
menghegemoni mereka tanpa mereka sadari”.
“Ujub lebih halus dari riya’, demikianlah halusnya sehingga susah
dikenali oleh kebanyakan individu Bani Adam. Kita pupuk rasa ini
sehingga pelan tapi pasti mereka akan merasa lebih baik dari semua
orang. Dengan virus ujub ibadah dan kebaikan apapun yang mereka lakukan
takkan bernilai apapun, meski tidak sampai terlontar lewat mulut
mereka. Virus ini akan membangkitkan pencitraan diri dan gengsi yang
berlebihan dan pelan tapi pasti, tanpa mereka sadari mereka akan jatuh
dalam kesombongan. Bukankah karena sifat sombong itu yang membuat kita
dilaknat Allah dan akhirnya kita terpuruk disini?” Laqwas mengakhiri
uraiannya sambil melirik pada Zailatun.
“Baiklah, sisanya akan saya lanjutkan”, Zailatun mengerti maksud Laqwas.
“Kita balik paradigma berpikir mereka, kita rubah dan kita belokkan
pola pikir mereka. Dalam marketing kita mengenal Want and Need,
keinginan dan kebutuhan. Kita rubah mainset mereka bahwa apa yang mereka
inginkan adalah apa yang mereka butuhkan. Sehingga dengan memanfaatkan
celah keamanan batin seperti yang diuraikan saudara Laqwas mereka akan
terjerumus dalam perlombaan mencari kesenangan dan kepuasan dunia. Kita
arahkan pola pikir mereka dengan pola pikir hedonis, belanja demi
penampilan dan gengsi, meski mereka sadar tidak punya kemampuan untuk
itu, implikasinya mereka akan melakukan segala cara yang penting gaul,
penuh gengsi. Pelan tapi pasti mereka akan terjerumus dalam budaya
hutang dan itu akan melemahkan kemampuan mereka untuk memahami persoalan
agama”, Zailatun menghelapas napas sejenak.
“kemudian, kita ubah pola pikir idealis mereka dengan pola pikir
empiris, ini akan menumbuhkan rasa kolektifitas dalam kemungkaran. Asal
dilakukan bersama-sama akan terasa wajar dan boleh. Pelan tapi pasti
pola pikir relijius mereka akan terkikis habis, sehingga mendangkalkan
aqidah mereka akan semudah membalik telapak tangan”.
“Tapi bagaimana kita melakukan itu sedang kita terpasung disini?”, iblis Akwan menukas.
“Itulah gunanya trojan yang telah kita tempatkan disetiap individu Bani
Adam, biarkan virus itu yang bekerja, kita tinggalkan menjalankan remote
dekstop dari sini. Seperti yang telah saya uraikan diatas, firewall
mereka sudah kita kuasai”, ujar Laqwas dengan senyum kemenangan.
“Caranya?’.
“Seperti yang telah ditetapkan dalam konfrensi yang lalu, kita sudah
meletakkan remote dekstop disetiap individu Bani Adam. Kita penuhi otak
dan angan-angan mereka dengan kemudahan dan kemewahan dunia, kita cekoki
mereka dengan iklan, spam, informasi-informasi yang tak berguna tapi
mereka menganggapnya kebutuhan, sehingga akan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan mereka, keputusan apapun yang mereka ambil bisa
dipastikan tidak logis. kita hiasi rumah mereka dengan infotainment
sejak subuh sampai menjelang tidur, sehingga yang ada dihati mereka
hanya gosip, ghibah, dan fitnah. Itu akan mengurangi kualitas kerja
mereka, mereka akan enggan melakukan apapun. Kita panjangkan angan-angan
mereka dengan kuis, diskon, hadiah, dan undian yang melimpah dan pelan
pelan mereka akan jadi pemalas, pasti akan menurunkan pruduktivitas
mereka. Kita tayangkan hiburan yang mengeksploitasi tubuh wanita, kita
palingkan perhatian laki-laki pada paha putih mulus, dada montok dan
gede, bokong semok yang seksi, wajah halus yang menawan, dan eksplorasi
fisik lainnya setiap laki-laki akan beranggapan panampilan fisik adalah
yang utama dan menjadi tujuan mereka dan setiap wanita akan
berlomba-lomba mempercantik diri dengan jalan apapun. Konsekwensi
logisnya, mereka akan lupa bersyukur dan kita tahu orang yang lupa
bersyukur itu pasti berjalan kepada kekufuran”, sangat berapi-api Laqwas
menguraikan pendapatnya.
“Ya kami paham itu, itu kan program kerja kita yang sudah disepakati.
Tapi sekarang Ramadhan, pola pikir mereka mendadak religius, sangat
agamis, dan kesadaran batin mereka tiba-tiba meningkat pesat, seolah
mereka punya energi yang luar biasa yang membuat kita tak berdaya”,
Akwan kembali menyela.
“hehehehe…. justru disini intinya saudara Akwan. Kami sudah mempersiakan
segalanya”, Laqwas menyeringai, memamerkan taringnya tapi tetap tak
bisa menutupi gigi depannya yang ompong.
“Mendadak mereka religius, tapi tak punya rel. Mereka agamis, tapi
beraroma amis. Mereka beramal sholeh tapi sedikit sekali diantara mereka
yang mengerjakan dengan ilmu. Amal tanpa ilmu seperti kabut dini hari,
akan sirna manakala tersiram lembut hangat mentari”.
“Hmmm, pemikian yang cerdas Laqwas, tapi apa kiat-kiatmu menanggulangi
itu?” Abu Murrah akhirnya tak sabar juga ikut berkomentar.
“Daulat tuanku, ini adalah hal bisa diamati dan telah terekam secara
detail di data research kami. Jauh sebelum ini terjadi, kami sudah
berkoordinasi dengan saudara Wamurah dan Akwan untuk menghasut para
artist, insan infotaintment, musisi, dan semua Bani Adam yang bergerak
dibidang seni dan hiburan untuk membuat acara yang agamis, tapi berkat
trojan yang kami tempatkan pada setiap individu, tak satupun acara yang
mereka sajikan bermuatan agamis bahkan, seperti kata saya tadi, berbau
amis”, Laqwas menyeringai penuh kebanggaan.
“Wamurah, Akwan, kalian belum melaporkan padaku tentang ini!”, Azaziel menoleh pada dua staf di samping kirinya.
Iblis Wamurah terkesiap tapi sudah siap dengan laporan ditangan, “Maaf
yang mulia, sudah kami siapkan laporannya, tinggal dijelaskan saja”.
“Trus tunggu apalagi?” Azaziel menukas cepat.
“Menyambung uraian saudara Laqwas, kami bisikkan dihati mereka untuk
memproduksi acara, Film, sinetron, dan lagu religi. Mereka beranggapan
apa yang mereka produksi sejalan dengan agama tapi jauh panggang dari
api. Sinetron religi yang mereka buat secara kontent justru jauh dari
nilai-nilai agama. Film bernuansa agama justru berisi wacana pluralisme
dan liberalisme. Lagu religi hanya liriknya yang sedikit menyentuh
persoalan agama, tapi lebih dari itu justru bertentangan dengan agama.
Yang mulia dapat saksikan bagaimana mereka membawakan lagu
dipanggung-panggung dan bagaimana aksi audiennya”. Wamurah berhenti
sejenak sambil membalik laporannya. “Namun pekan pertama Ramadhan ini,
secara statistik omzet kita menurun, Yang Mulia. Hal ini yang harus kita
cari solusi secepatnya”.
‘Hehehehe… usah kau gundah gulana saudara Wamurah, semua sudah diperhitungkan”, Laqwas kembali menyeringai.
“Menurut data statistik, hanya sedikit Bani Adam yang beramal
berdasarkan ilmu, dan dari yang berilmu cuma sedikit yang istiqomah.
Jadi tenang saja, ini keuntungan yang luar biasa buat kita. Ramadhan
memang membawa dampak yang signifikan pada proyek besar kita tapi itu
hanya sesaat dan hanya pada minggu pertama saja. Berikutnya, pelan tapi
pasti mereka akan kembali pada habitual dan behavior mereka. Pun bagi
Bani Adam yang masih bisa menahan nafsu dan syahwatnya pada pekan
pertama dan kedua tak berbeda jauh dengan yang lain, karena keinginan
yang mereka pendam akan terakumulasi dan menjadi momentum yang dahsyat
saat kekuatan batin mereka goyah. Saudara Wamurah masih ingat tentang
Trojan dan Ddos Attacking yang saya uraikan didepan, kan?, dengan moment
yang tepat kita aktifkan trojan itu dampaknya bisa kita perhitungkan.
Mereka mereka akan mengumbar keinginan mereka yang sudah terakumulasi
dan menganggap itu sebuah kebutuhan!, kalau sudah begitu…… ”.
Tiba-tiba Laqwas menghentikan uraiannya, suasana hening. Mereka saling
berpandangan dan menunggu uraian selanjutnya dan iblis Laqwas, tapi tak
ada suara.
“Kenapa tiba-tiba kamu diam Laqwas?”, Abu Murrah penasaran.
“Maaf Paduka Yang Mulia dan saudara-saudara sekalian, rasanya saat ini
waktunya Bani Adam berbuka. Biarkan yang membaca kisah ini berbuka
dulu….”.
TAMAT
-lee-
Dengan sholawat semua lewat
Note:
Cerpen ini dibuat dengan cara ngawur dan bahasa yang ngawur juga, mohon
pahami dengan cara yang ngawur agar pembaca bisa menangkap esensinya.
Kisah ini hanya fiksi metafisik, tidak menggambarkan keadaan dan
kejadian yang sesungguhnya. Jangan percaya! Karena penulisnya bukan
orang jujur!
Kalo ada nama yang mirip dengan penokohan yang ada dalam cerita ini, percayalah itu bukan anda!
Terakhir, semoga bermanfaat!