Dalam suatu kesebelasan yang sedang bertanding, faktor perubahan
kondisi setiap pemain selalu menentukan. Lumrah dalam jangka waktu 2 x
45 menit seorang pemain punya performance yang tiba-tiba
menurun dalam beberapa menitnya, lalu pada masa selanjutnya mendadak
menjadi ‘beringas’, demikian silih berganti untik setiap pemain. Bisa
terjadi ketika si striker dalam kondisi letih lesu, gelandang menyerangnya yang ‘on-fire’,
maka serangan dan tendangan ke arah gawang lawan akan banyak dilakukan
oleh si gelandang menyerang tersebut. Lalu pada menit-menit berikutnya
keadaan berubah, giliran striker yang segar-bugar, si gelandang yang ‘adem-ayem’, si striker
yang bakalan dikasih umpan-umpan matang untuk menjebloskan gawang
lawan. Pemain sayap kiri mendadak bengong, serangan dialirkan lewat
sayap kanan, giliran yang kanan mandeg, bola lebih sering dioper ke
pemain kiri. Disitulah letak dinamika suatu team kesebelasan, sehingga
pertandingan enak ditonton. Ketika suatu kesebelasan mampu mengelola
dinamika turun-naiknya performance para individu yang terlibat
didalamnya, maka hasil akan dicapai berupa kemenangan yang manis. Siapa
yang akan menikmati kemenangan tersebut..?? seluruh pemain, bahkan
pemain cadangan juga ikut. Ketika pemilik club memberikan bonus sebagai
hadiah atas kemenangan tersebut, semuanya kebagian, semuanya happy..
Sekarang mari kita berpindah kepada shalat berjamaah. Orang-orang
pasti paham bahwa ketika melakukan shalat, apakah itu sendirian atau
berjamaah, seorang Muslim juga akan mengalami turun-naiknya ‘performance’,
kita akan mengatakannya ‘tingkat kekhusu’an’. Dalam mengerjakan shalat
kadang-kadang kita bisa berkonsentrasi, merasakan kehadiran Allah yang
mengamati, lalu pada menit-menit berikutnya pikiran melayang entah
kemana, lalu balik lagi untuk kembali khusu’ mendekat kepada Allah.
Tidak ada seorangpun dalam shalatnya yang bisa khusu’ terus-menerus,
sebaliknya juga tidak juga ada orang yang melamun melulu, pasti antara
khusu’ dan melamun terjadi silih-berganti. Ketika anda mengerjakan
shalat sendirian, saat-saat khusu’ menjadi milik anda, sama juga ketika
anda melamun maka itu juga menjadi tanggungan anda. Katakanlah dalam
waktu shalat yang berjalan 10 menit, diantaranya 5 menit anda pakai buat
melamun, sisanya bisa anda lakukan dengan khusu’, maka nilai shalat
anda tersebut hanyalah 50% saja, itu hitung-hitungan diatas kertasnya.
Sekarang silahkan langkahkan kaki anda ke masjid ketika mendengar
adzan berkumandang. Begitu memasuki pintu masjid kita sudah berkumpul
dengan anggota ‘kesebelasan’ kita, semuanya siap-siap untuk ‘kick-off’
memulai pertandingan. Dalam masa-masa shalat berjamaah, anda mengalami
hal yang sama seperti ketika melakukan shalat sendirian, kadang khusu’
ingat Allah, pada menit berikut melamun ingat pintu rumah yang belum
dikunci, air kran yang lupa ditutup, televisi yang belum sempat
dimatikan. Lalu menit berikutnya kembali bisa khusu’ lagi. Demikian juga
dengan rekan ‘team’ anda yang lain, mereka juga mengalami hal
yang sama, silih berganti dengan anda. Ketika anda khusu’, jamaah
disebelah anda yang melamun, ketika dia khusu’ giliran anda yang
melamun. Namun nilai shalat berjamaah anda dihitung secara kolektif
karena anda melakukannya memang dengan niat mau menghadap Allah
bersama-sama, dengan gerakan yang sama, dengan komando yang sama, bahkan
untuk peranan sebagai ‘juru bicara’ kepada Allah, semuanya sudah
mewakilkan kepada sang komandan, imam shalat. Maka melamunnya ada akan
ditutupi oleh khusu’nya jamaah disebelah anda, demikan sebaliknya. Bisa
dipastikan secara kolektif anda dan semua jamaah shalat akan
‘bahu-membahu’ untuk menjadikan shalat berjamaah mendapat nilai yang
sempurna dimata Allah. Tentu saja ibaratnya ‘reward’ yang
diterima oleh suatu kesebelasan sepakbola, hadiah akan diterima oleh
keseluruhan ‘pemain’. Allah akan mencurahkan berkah dan rahmat-Nya
kepada semuanya secara kolektif. Kelemahan anda akan ditutupi oleh
jamaah yang lain, kelemahan yang lain akan sebaliknya juga akan anda
tutupi untuk satu tujuan agar bisa dinilai tinggi oleh Allah. Makin
banyak jumlah jamaah shalat makin sempurna nilai yang akan diperoleh
oleh seluruh jamaahnya, maka logikanya anda akan berusaha untuk mengajak
sebanyak mungkin tetangga anda untuk ikut ke masjid, bukan hanya untuk
kepentingan anda saja, tapi untuk kebaikan semua orang, all for one, one for all.
Shalat yang dilakukan berjamaah akan dinilai lebih berkualitas
dibandingkan dikerjakan sendiri-sendiri. Dalam bahasa agamanya punya
nilai pahala 25 kali atau dalam hadist lain dikatakan 27 kali, berapapun
itu, pastilah merupakan jumlah yang banyak.
Sekarang anda tentu bertanya :”Kalau begitu shalat dirumah juga
mendapatkan pahala berlipat-ganda kalau dikerjakan berjamaah bersama
keluarga..”. Tentu saja shalat berjamaah yang dikerjakan dirumah lebih
baik dibandingkan shalat sendirian dirumah. Namun ketika anda bermaksud
untuk mengerjakannya di masjid, nilai tambah pahala anda ada pada
langkah kaki yang anda lakukan, berbanding lurus dengan jarak antara
rumah ke masjid :
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding
shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan)
pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena
bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari
rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan
shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya
kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu
kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat
akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat
shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan
seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama
dia menanti pelaksanaan shalat.”
Silahkan hitung sendiri keutamaan shalat yang dikerjakan di
masjid begitu mendengar suara adzan, sepanjang perjalanan dan disetiap
langkah ada nilainya, bahkan ketika duduk menunggu mulainya shalat sudah
dinilai dengan pahala shalat itu sendiri, belum lagi jaminan akan
kesempurnaan nilai shalat karena dilakukan berjamaah.
Nah…., kalau selama ini anda sudah pernah melakukan shalat berjamaah
di masjid di awal waktu tersebut, mungkin sering, atau beberapa kali
disaat sempat, pernahkan anda dalam sujud anda, atau juga ketika berdo’a
setelah selesai mengerjakan shalat berjamaah, ada do’a yang anda
panjatkan khusus untuk rekan-rekan shalat anda..?? Kalau selama ini anda
lupa, mulailah melakukannya, sempatkan berdo’a buat mereka
:”Yaa..Allah, berkatilah dan rahmatilah saudara-saudara hamba yang telah
melakukan shalat bersama-sama, mereka pasti ingin mendapatkan pahala
keutamaan beribadah dari Engkau, sehingga mau datang ke masjid untuk
berjamaah. Kumpulkanlah kami semua kelak di surga-Mu, semuanya….”.