Tuesday, 14 August 2012

> > Muhammadiyah Tetapkan Kalender Hijriyah Hingga 500 Tahun Ke Depan

Muhammadiyah Tetapkan Kalender Hijriyah Hingga 500 Tahun Ke Depan


JAKARTA (VoA-Islam) – Pelaksanaan sidang isbat penetapan 1 Syawal 1433 H pada 18 Agustus nanti bakal kembali kurang lengkap. Seperti saat penetapan 1 Ramadan 1433 H lalu, salah satu ormas Islam besar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah, sudah memastikan tidak akan hadir.

“Sudah tegas dalam surat keputusan PP Muhammadiyah, kami tidak ikut sidang isbat selama 2012,’’ kata Pengurus Pustaka dan Informasi Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya. Selain itu mereka juga tidak akan mengikuti sidang isbat penetapan 10 Dzulhijjah 1433 H (Idul Adha).“Meskipun diundang, bukan berarti wajib datang kan,’’ lanjut Mustofa.

Alasan sikap PP Muhammadiyah tidak mengikuti rangkaian sidang Isbat tahun ini disebabkan karena mereka sudah memiliki pola atau sistem penetapan kalender hijriyah sendiri. Yaitu dengan menggunakan metode hisab.

Mustofa menuturkan, dengan metode hisab tersebut, PP Muhammadiyah sudah memiliki jadwal pasti tentang penetapan kalender hijriyah hingga 500 tahun ke depan. Mulai dari penetapan awal puasa, Lebaran, hingga Idul Adha, mereka sudah memiliki catatannya untuk beberapa tahun ke depan.

Menurut Mustofa, terbitnya maklumat PP Muhammadiyah tentang penetapan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah bukan berarti mereka setiap saat melakukan hisab. ’’Maklumat itu hanya untuk mengingatkan saja. Untuk hisabnya kita sudah lakukan jauh sebelumnya,’’ kata dia.

Alasan lain yang dilontarkan PP Muhammadiyah yang memilih tidak ikut sidang isbat adalah untuk menghindari pertentangan di dalam persidangan. Menurut Mustofa, jika Muhammadiyah ikut sidang isbat kemungkinan besar perdebatan tentang penetapan hari besar dalam kalenderi Islam bisa tambah memanas.

Seperti diketahui, sidang isbat penetapan 1 Ramadan lalu yang tanpa Muhammadiyah pun memang sudah ramai. Sebab, ada ormas yang sepakat dengan Muhammadiyah mengenai waktu dimulainya puasa yang berbeda sehari dengan keputusan akhir sidang isbat.

Mustofa khawatir, jika mereka ikut, perdebatan di dalam sidang isbat tambah sengit dan bisa berujung pada saling menyalahkan. ’’Jika sudah saling tuding siapa yang benar dan siapa yang salah, justru tidak baik dilihat umat,’’ katanya.

Mustofa menegaskan kalaupun nanti ada perbedaan dalam penetapan 1 Syawal tidak perlu dipersoalkan.’’Pelangi itu indah karena berbeda,’’ katanya bertamsil.

Terkait kepastian Muhammadiyah untuk kembali tidak hadir tersebut, Ketua Umum Tanfidziyah PB NU Said Aqil Siroj sangat menyayangkannya. ”Tidak beradab itu, tidak mutamaddin, diundang sidang isbat kok tidak mau,” sesal Said Aqil, saat ditemui di kantor PB NU, Jl. Kramat Raya, Jakarta, kemarin (11/8).

Menurut dia, Muhammadiyah seharusnya datang karena pihak pengundang adalah pemerintah yang sah. Terlebih lagi, mereka diajak untuk membicarakan sesuatu yang baik terkait masalah umat. ”Ini bukan diajak bicara untuk korupsi, atau bukan juga mengajak untuk korupsi,” imbuhnya. (Desastian/dbs / VOA-Islam)